Dari Berdebat, Hingga Belajar Agama
- MCI, CA
- Jun 10, 2015
- 2 min read
Belum lama ini, SMAN 2 Tangsel kembali meraih prestasi yang membanggakan. Baik secara akademik, maupun non- akademik sehingga menjadi tradisi yang berkesinambungan. Salah satu perlombaan yang hangat bicarakan oleh para siswa adalah lomba debat tingkat Nasional.

Adalah Ekskul Klub Bahasa Indonesia yang baru berdiri tahun 2014 berhasil membentuk tim debat yang profesional. Pertama-tama, para siswa/i yang merasa merasa memiliki kemampuan public speaking dan berwawasan luas mengikuti seleksi yang dinilai oleh Bu Tanti, pembina ekskul KBI, dan kakak kelas Moonzher 27. Dari murid-murid yang hebat tersebut, diambil lah tiga orang terbaik. Mereka adalah Al Varrel P.K, Annisa Rahmayuwati dan Afdhan Firdausa.
Ajang pertama yang mereka ikuti adalah lomba debat Bahasa Indonesia tingkat provinsi. Sayangnya, karena suatu kendala akhirnya dilakukan pergantian peserta lomba, yang tadinya Annisa menjadi Aisyah Sarifa. Tim debat tersebut berlatih keras sampai menginap di sebuah hotel saat hari-hari sebelum lomba. Kemampuan berdebat mereka diasah bagai pensil yang tumpul menjadi runcing. Mereka juga dilatih untuk memecahkan suatu kasus, atau yang biasa dikenal dengan istilah case build. Doa-doa juga dipanjatkan demi kelancaran lomba.

Tibalah saatnya perlombaan di Hotel Marbella, Anyer. Tim debat didampingi oleh guru pembimbing. Nasib baik telah datang kepada mereka, piala yang bertuliskan juara pertama berhasil mereka raih. Bukan hanya itu, salah satu anggota tim, Al Varrel, berhasil menjadi pembicara terbaik dan berhak mengikuti lomba di tingkat nasional mewakili Provinsi Banten bersama dengan dua pembicara terbaik lain yang berasal dari sekolah lain.
Kembali lagi, nasib baik juga berpihak kepada tim dari Provinsi Banten. Lomba tingkat nasional yang diselenggarakan di Maluku berhasil mereka ikuti dengan meraih juara ketiga. Nama Banten diharumkan oleh prestasi salah satu siswa Moonzher. Sungguh prestasi yang sangat membanggakan.

Perjalanan tim debat tidak berhenti sampai situ. Selesai mengikuti debat Bahasa Indonesia, tim debat yang sudah terbentuk dari awal dengan beranggotakan Varrel, Nisa, dan Afdhan mengikuti perlombaan debat agama yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota Tangsel untuk bidang Kementerian Agama. Pihak sekolah menunjuk mereka karena mereka sudah terpercaya dalam berdebat. Persiapan mereka lakukan selama kurang lebih satu bulan. Namun, untuk latihan intensif hanya dilaksanakan satu minggu sebelum perlombaan. Terdapat kendala dalam debat agama yang cukup berbeda dengan debat Bahasa Indonesia. "Kendala jelas di dalil. Kalau kita debat biasanya pakai undang-undang dan semacamnya, tapi kalau bahan agama kita harus berkuat dalil dan dalil yang kita ambil harus pasti." Ujar salah satu dari mereka.
Untungnya, kerja keras mereka terbayarkan ketika hari pengumuman telah tiba. Mereka meraih juara pertama di tingkat kota dan maju ke tingkat provinsi. Bagi mereka, prospek debat seperti ini sebetulnya lebih tepat dikhususkan untuk IRMAS, namun karena selama ini perihal debat masih ada pada ekskul Klub Bahasa Indonesia dan MCIS kemungkinan mereka akan berkolaborasi untuk membentuk penerus di debat agama ini agar tahun- tahun berikutnya bisa meneruskan prestasi yang telah diukir. "Perkuat dalil dan latihan bicara atau latihan debat dengan mencantumkan ayat karena sebenarnya itu hal yang sulit. Kita harus mengeluarkan ayat dan harus banyak latihan di situ," pesan Annisa, satu- satunya perempuan dalam tim debat agama, kepada generasi penerus yang nantinya akan mengukir prestasi lebih banyak lagi. |
Kommentare