top of page

HarmoniaMagz x Kathy Salsabila

  • CA
  • Jan 5, 2018
  • 4 min read

Assalamualaikum,

Hallo gue Kathy Salsabila!


Bulan Agustus lalu gue diberi kepercayaan untuk mewakili Indonesia di kompetisi International Geography Olympiad (lGeo) 2017 di Belgrade, Serbia. Sebelum cerita, gue mau ngucapin terima kasih terutama kepada keluarga yang selalu memberi cinta tanpa pamrih. Juga civitas akademika SMAN 2 Tangerang Selatan, terutama kepala sekolah, wali kelas, dan guru-guru yang berjasa dan selalu memberi doa. Juga teruntuk yang special, sahabat dan teman- teman atas perhatian serta kasih sayang yang kalian berikan dalam kondisi apapun.


Cerita ini memiliki proses yang gak sebentar karena kompetisi ini diawali dari tingkat sekolah, kota, provinsi,dan juga nasional. Jadi, kira- kira mulai dari satu setengah tahun yang lalu. Kompetisi ini berawal dari gak diterimanya gue di SMA impian padahal kerja keras pagi - malam untuk test masuk sekolah itu. Hingga orang tua mendatangkan seorang psikiater karena gue lebih memilih dagang di "tanah abang" daripada melanjutkan sekolah. Singkat cerita, akhirnya gue mengikuti kemauan orang tua dan melanjutkan pendidikan formal di SMAN 2 Tangerang Selatan. Perjalanan awal di SMA tidak semulus yang gue kira, karena suatu masalah akhirnya mendesak gue untuk gabung ke klub olimpiade.

Sepulang test pertama olimpiade sekolah, gue ngasih tahu hasil yang cukup memuaskan ke orang tua. Ketika itu ayah adalah sosok yang paling kontra, karena menganggap gue "tidak mampu". Tapi ayah tidak salah sepenuhnya, karena berdasarkan hasil psikotest bakat, gue lebih berbakat di bidang non-akademik. Ditambah lagi, tidak ada satupun orang yang yakin dengan keputusan gue. Jadi ayah lebih menyarankan fokus ke bakat yang gue punya. Ketika itu, persepsi saya adalah harus bisa membuktikan bahwa bakat gue tidak menentukan keberhasilan. Cara yang kulakukan untuk membuktikannya adalah dengan komitmen dan kerja keras.


Aku juga harus bisa membuktikan bahwa kompetensi di sekolah dengan menunjukan rangking 1 kelas, disamping komitmen di olimpiade. Alhasil, sepulang les jam 8, saya harus belajar untuk sekolah sampai jam 12 malam, dan melanjutkan belajar olimpiade sampai jam 2-3 pagi. Akhirnya gue bisa membuktikan pada olimpiade tingkat nasional di Palembang bulan Mei 2016, (mungkin) ayah menjadi orang yang paling bahagia ketika mendengar gue mendapat medali emas dan gelar absolute winner.


Setelah rangkaian OSN, Kemdikbud memberikan undangan untuk Pelatihan Nasional (pelatnas) di Bandung selama 1 bulan. Nah pelatnas ini terdiri dari 4 tahap, dimana setiap tahap akan di eliminasi setengah dari jumlah semula. Karena pelatnas, gue jadi tau kalau tugas, pr, dan segala ulangan di sekolah tidak ada apa- apanya. Disini gue belajar untuk menghargai kerja keras dan tidak mengeluh untuk tetap berjuang. Apalagi, kuliah pelatnas dari Senin sampai Minggu non-stop.


Tidur paling lama mungkin hanya 3-4 jam, bahkan keseringan gak tidur karena tugas dari dosen dan asdos (asisten dosen) yang banyak banget.

Ditambah, setiap malam ada ujian dan diakhir akan diadakan simulasi IGeo yang harus dipersiapkan dengan serius. Seminggu sekali, juga ada test Toefl/ IELTS karena I Geo menggunakan Bahasa Inggris, jugarangkaian test fisik salah satunya adalah lari 2.4 km selama 12 menit, psikotest, dan ekskursi yang biasanya naik gunung/ bukit.


Ketika pelatnas 1 gue mendapat raking 3, dan dari pelatnas 2-4 gue kembali menjadi ranking 1 lagi. Sehingga, gue diberi kesempatan untuk menjadi Tim Nasional (timnas) IGeo 2017 yang dilaksanakan awal Bulan Agustus kemarin. Diselang waktu pelatnas, Alhamdulillah gue mendapat kesempatan untuk bisa pergi ke 8 negara sebagai delegasi Indonesia secara gratis dan mendapat "gaji".


Kembali ke topic, jadi IGeo itu terdiri dari 4 test selama 4 hari yaitu Written Response Test (WRT), Field Work Test (FWT), Analysis FWT, dan Multi Media Test (MMT). Yang diawali dengan opening di dassic theatre yang super keren, juga dipanggilnya seluruh negara (kecuali negara di Benua Afrika dan negara yang sedang konfik) dengan membawa bendera masing-masing. Malam hari pertama ujian, gue demam dengan tidur karena ada beberapa kendala di kamar dorm. Kompetisi hari pertama berlokasi di Singidunum University. Gue mencoba untuk tenang dan tetap fokus ngerjain sambil berserah diri kepada-Nya. Malam dini hari itu adalah pengumuman nilai WRT, dan dengan kondisi seperti itu gue masih posisi kedua di kontingen Indonesia.


Besoknya adalah FWT di salah satu hutan yang terletak di kawasan Karst yang mempunyai porsi penilaian tinggi yaitu 40%. Sistem FWT kali ini, kita observasi secara kelompok, namun pengerjaannya individu. Saat itu, suhu disana cukup panas sekitar 40 derajat C yang membuat kondisi tubuh lebih cepat lelah dibarengi dengan medan yang cukup terjal dan panjang, jadi, gue mengatur strategi saat reading time dan membuat management time yang tepat. Akan tetapi, di sepertiga perjalanan, tiba- tiba gue ngelihat sesuatu berbadan besar dan berbulu coklat lebat. Gue berhenti sejenak, gue kira beruang, tapi ternyata melet-melet. Gue langsung lari, karena itu ternyata anjing hutan. Anjing itupun lari mengejar, dan gue sempet jatuh yang menyebabkan gue salah satu kaki gue bleeding. Gue tahu, FWT ini gak mungkin selesai dan sangat memungkinkan untuk menyerah dan berhenti. Kenapa? karena gue cuma punya waktu 5 menit untuk ke stop point untuk menyerahkan hasil observasi. Tapi, bagi gue, inilah makna dari kompetisi. Apapun yang terjadi, gue harus menyelesaikan kompetisi ini dengan value pantang menyerah dengan melakukan yang terbaik. Akhirnya, gue tetap lari menaiki tanjakan itu, dan gak telat mengumpulkan work sheet walaupun belum terisi setengah jawabannya.


Hari ketiga adalah Analysis FWT, hmm mungkin tanpa dijelaskan sudah kebayang seperti apa. Gue gak punya data observasi sehingga menjadi penghambat dalam pengerjaan ujian ini. Lalu malamnya adalah poster presentation mengenai kekayaan Youth Tourism di negara masing- masing peserta. Hari keempat adalah MMT yang juga masih berlokasi di Singidunum University. Kemudian, malam harinya adalah cultural night dan kami mempersembahkan tarian Papua, Sajojo. Hari terakhir sebelum kepulangan, kita melakukan excurtion ke beberapa tempat menarik di Belgrade dan sekitarnya. Yaitu National Park Fruska Gora, National reserve Carska Bara, dan Novi Sad - Petrovaradin. Pengumuman medali dan closingjuga dilaksanakan pada hari yang sama sepulang ekskursi. Atas kehendak Tuhan yang Maha Esa, gue belum berhasil membawa lempengan medali di IGeo 2017 ini. Allah Maha Besar.


Akan tetapi, ini bukanlah suatu kegagalan. Ini merupakan proses dari kesuksesan gue. Kegagalan adalah bagi orang gak mau berjuang dan menyerah dengan keadaan yang ada. Mungkin, ini kehendak- Nya yang tengah menyiapkan hal yang jauh lebih baik dan lebih besar untuk gue. Tuhan tidak akan memberikan sesuatu keburukan, hanya saja hamban-hambaNya yang mungkin berpikir negatif.


Semoga tulisan ini dapat memberi inspirasi, juga jadi pelajaran untuk kita semakin baik lagi.


"Kesuksesan adalah ketika kita bisa menerima atas hasil yang kita raih." - Kathy. S

Comments


 RECENT POSTS: 
 SEARCH BY TAGS: 

Copyright 2018 Member Of

  • Black Facebook Icon
  • Black Twitter Icon
  • Black Google+ Icon
  • Black YouTube Icon
  • Black Pinterest Icon
  • Black Instagram Icon
bottom of page